Senin, 24 Agustus 2020

MENGENALI KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

Konsepsi Kebakaran

Kebakaran hutan dan lahan yang sering kita saksikan pada saat ini pada umumnya hampir dipastikan disebabkan oleh ulah manusia baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Kebakaran hutan dan lahan awal terjadinya biasanya dikarenakan adanya proses pembakaran bahan bakar baik daun, ranting kayu dan lain-lain yang berada di dalam atau di sekitar hutan dan lahan. Sehingga kebakaran hutan dan lahan dapat diartikan sebagai proses pembakaran yang penjalaran apinya bebas tidak terkendali, baik di lahan maupun di kawasan hutan, yang membakar atau mengkonsumsi semua bahan bakar yang dilewatinya baik yang hidup atau yang mati.

Pembakaran terjadi melalui suatu proses yang begitu cepat. Setiap kali terjadi kebakaran maka proses pembakarannya akan melalui tiga fase yaitu :

  1. Fase penguapan kadar air bahan bakar yaitu fase dimana kandungan air bebas diuapkan segera setelah bahan bakar mencapai suhu 100 derajat celcius.
  2. Fase penguapan gas yaitu fase dimana setelah suhu semakin meningkat, beberapa gas baik yang mudah menyala maupun yang tidak menyala keluar, pada saat ini munculah lidah api.
  3. Fase pengabuan yaitu fase dimana terjadinya perubahan fisik dari bahan bakar menjadi abu.
Dalam proses pembakaran akan terpisahkan jaringan-jaringan tanaman menjadi unsur kimia serta dibarengi dengan pelepasan energi panas dalam suatu benda. Pembakaran akan terus merambat dan kebakaran akan terus berlangsung selama bahan bakar masih tersedia. Selama proses pembakaran akan terjadi proses perpindahan energi panas yang dikenal dengan istilah konduksi, radiasi dan konveksi.

Apa itu konduksi, radiasi dan konveksi?

Konduksi yang dimaksud adalah pemindahan panas melalui molekul-molekul dalam bahan bakar. Konduksi mempunyai pengaruh terkecil dalam kejadian kebakaran hutan dan lahan jika dibandingkan dengan radiasi dan konveksi karena kayu adalah penghantar panas yang jelek.

Radiasi terjadi dimana panas dipindahkan melalui udara dari suatu bahan bakar ke bahan bakar terdekat.

Sedangkan konveksi adalah panas yang timbul dipindahkan oleh pergerakan udara panas dan asap yang timbul dan memanaskan bahan bakar di atasnya.

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apa yang menjadi penyebab kebakaran hutan dan lahan?

Mengapa kebakaran hutan dan lahan bisa terjadi?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut tentunya terdapat beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Dengan mengetahui faktor penyebab terjadinya kebakaran, maka kita dapat melakukan tindakan antisipasi pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Yaitu baik dengan cara mencegah timbulnya api maupun dengan cara mengendalikan api hingga tidak menimbulkan kebakaran yang lebih besar dan membahayakan keselamatan manusia.

Segitiga Api

Untuk mengetahui penyebab terjadinya kebakaran, sebaiknya kita memahami konsep segitiga api. Segitiga api adalah konsep sederhana untuk menggambarkan proses terjadinya nyala api. Dalam segitiga api, terdapat tiga faktor penyebab terjadinya kebakaran, ketiga faktor tersebut yaitu :

  1. Adanya benda yang dapat terbakar (bahan bakar)
  2. Pemanasan (sumber panas)
  3. Oksigen (kandungan oksigen di udara sebanyak 21%, apabila di udara kandungan oksigen kurang dari 15% maka kondisi ini akan membantu proses pemadaman api)
(1) Bahan bakar + (2) Sumber panas +(3) Oksigen = Kebakaran

Gambar 1. Konsep Segitiga Api

Hubungan ketiga faktor penyebab kebakaran sering disebut "segitiga api" . Jika salah satu faktor/unsur tersebut tidak tersedia, maka tidak akan terjadi proses pembakaran (api tidak menyala). Dalam kejadian kebakaran hutan, yang menjadi bahan bakar yaitu serasah kering, ranting kering, ilalang, pohon dan sebagainya. Sumber panas yang menjadi penyebab kebakaran hutan dan lahan yaitu terdiri dari sumber panas disengaja seperti korek api, puntung rokok yang menyala dan sumber panas dari alam seperti badai panas, cuaca kering yang ekstrim, kilatan petir, tersedianya batu bara dan sebagainya. Pembakaran yang tidak mencapai titik nyala yaitu pada kisaran suhun 220-250 derajat celcius maka tidak akan terjadi kebakaran.

Limas Kebakaran

Penyalaan timbul karena bertemunya tiga faktor/unsur dari segitiga api, kemudian mengalami proses perpindahan panas dari bahan bakar yang satu ke bahan bakar lainnya sehingga terjadilah reaksi berantai dengan penyalaan dimana-mana sehingga menimbulkan api yang lebih besar atau kebakaran. Dalam konsep limas kebakaran terjadi reaksi berantai mulai dari salah satu benda yang terbakar ke benda lain sehingga menjadi kebakaran yang melibatkan banyak benda (bahan bakar).

Gambar 2. Konsep Limas Kebakaran

Segiempat GALAAG

Dalam konsep segiempat GALAAG ini dinyatakan bahwa :
  1. Ada empat faktor terjadinya api yaitu bahan bakar, oksigen, panas dan manusia.
  2. Kedudukan keempat faktor tersebut tidak digambarkan secara jelas dan berurutan di dalam segiempat tersebut untuk menunjukan bahwa keempat faktor mempunyai pengaruh yang sama besar untuk terjadinya api/kebakaran.
  3. Bidang segiempat melambangkan perisai sebagai ungkapan harapan bahwa Brigadir Pengendalian Kebakaran menjadi perisai inti atau kekuatan terdepan terhadap ancaman kebakaran hutan dan lahan.

Bahan bakar + Oksigen + Panas + Manusia = Kebakaran


Gambar 3. Konsep Segiempat GALAAG

Jenis Terjadinya Kebakaran Hutan dan Lahan

Kebakaran hutan dan lahan yang sering terjadi selama ini menurut kejadian dan proses penyebarannya dapat digolongkan menjadi 3 golongan yakni :
  1. Pembakaran terkendali yakni terjadinya pembakaran ini karena ada tujuan jelas yang ingin dicapai misalnya penyiapan lahan, pengelolaan habitat satwa, pemusnahan hama dan penyakit dan sebagainya yang dilakukan pada areal tertentu yang telah disiapkan. Api dapat diarahkan sepenuhnya, ditahan pada batas tertentu, terencana, intensitas panas seperti yang dikehendaki dan lamanya pembakaran telah ditentukan. pada jenis pembakaran ini waktu dan cuaca harus dapat diperkirakan dan diperhitungkan dengan matang karena cuaca yang panas dan kering dapat menyulitkan pembakaran terkendali, sehingga dikhawatirkan terjadi kebaran yang tidak terkendali.
  2. Pembakaran tak terkendali yakni pembakaran yang terjadi karena disengaja dengan tujuan tertentu namun tidak mengindahkan kaidah seperti pada pembakaran terkendali. Api dibiarkan menjalar ke segala arah tidak ada perencanaan dantidak memperdulikan dampak buruk yang akan terjadi. Hal ini cenderung merupakan tindakan kriminal dan menjadi penyebab utama terjadinya musibah kebakaran pada akhir-akhir ini.
  3. Kebakaran liar yakni kebakaran yang terjadi akibat keberlanjutan pembakaran tak terkendali. Penyebab lain dari kebakaran liar dapat terjadi karena unsur ketidaksengajaan seperti kebakaran akibat sisa memasak/tungku api, pembuatan arang, pengasapan ikan, sisa obor pencari madu, pencari ikan dalam hutan, api unggun pendaki gunung dan sebagainya. Pada kedua kejadian tersebut api tidak dapat diarahkan, api akan berjalan sesuai dengan jenis bahan bakar, topografi dan angin.

Demikian pentingnya bagi kita pengetahuan tentang konsep awal terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Pengetahuan ini menjadi modal bagi kita untuk dapat melakukan upaya pencegahan serta upaya mengendalikan bilamana terjadi kebakaran hutan dan lahan.

Lindungi selalu hutan dan lahan kita dari bahaya kebakaran hutan dan lahan, semoga bermanfaat.


Sumber :

Annonim 2016. Modul Sekolah lapang Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan. Pusat 
                      Penyuluhan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Badan Penyuluhan dan
                      Pengembangan SDM.

https://saberindo.co.id/2017/08/03/teori-segitiga-api/, diunduh pada bulan Agustus 2020.